Thursday 7 March 2013

A story irl: q

Berbulan-bulan sudah gw ngga nulis something disini, tapi baru sekarang ini gw merasakan rindu mengetik sesuatu.

*snort*

I lied. I never missed writing on this blog. Gw memang bukan tipe penulis blog kaya temen-temen smp gw yang kayanya blognya ngga pernah mati. Gw lebih suka nulis di twitter yang cuma 140  character, memaksa gw untuk langsung ngepost ide atau pikiran yang terlintas tanpa mengindahkan sistematika atau apapun itu yang penting dalam hal penulisan. Twitter memaksa gw untuk mempersingkat tulisan gw supaya ngga bertele-tele. Ini semua karena gw adalah makluk campuran paranoid, self-conscious, (a bit) perfectionist yang sering banget melenceng dan terdistraksi dalam mengerjakan sesuatu —kadang gw ngerasa takut kalo gw ADHD, tapinya gw ngga semelenceng itu dan gw ngga bener-bener memiliki ciri-ciri penderita ADHD. Kaya yang sekarang gw lakukan. Sebenernya gw mau ngerangkum tentang Erikson, salah satu tokoh psikologi buat tugas theories of personality, tapi karena penasaran sama nilai psikologi dasar, akhirnya gw membuka internet dan entah kenapa tiba-tiba ngetik giallesa.blogspot.com in the address column. Dan another example from my severe distraction-problem is that when I first click the new post button, hal yang ingin gw lakukan adalah menuliskan sesuatu yang berhubungan dengan topik yang lagi hot irl gw bukan malah ngomentarin kenapa gw mau nulis atau apa. Anyway sebelum gw terdistraksi lagi dan akhirnya memilih untuk cuma ngesave this post di draft, gw harus langsung membicarakan yang gw maksud dengan hot topic.

Ehm, so where do I have to start? *mikir beberapa menit*
Oke, dimulai dari pas masuk ugm aja deh (ugh, her other problem: she have the tendency to tell something waaaay before the real problem start). Jadi gw inget gw pindah ke BSR tanggal 23 Agustus dan bla-bla-bla ngurusin segala sesuatu untuk perkuliahan dan ospek dari tanggal segitu, kemudian beberapa hari setelahnya kita ospek, dan voila saat ospek gw melihat seseorang yang cute, kita sebut saja dia si H. I like seeing him. Bukan dalam artian like 'like', tapi sejenis yah lucu aja ngeliat si H ini. Kemudian perkuliahan berjalan beberapa bulan, disitu gw juga merasa ada orang yang lucu, sebut saja si M. Wait, no, si M ngga lucu, dia sejenis pintar, rajin, dan sedikit keren. Hal inilah yang membuat gw lama-lama jadi respect ke dia. Dari situ nampaknya gw menunjukan gejala 'suka' namun masih pada tingkat rendahan. Gw juga sempet cerita sama my roommate, si jidat kinclong: Jelly. Sehingga bak pegosip dan giggler tingkat dewa kalo si M melakukan tindakan keren sedikit gw heboooh banget ceritanya sama si Jelly. Nah, pada awalnya gw cuma cerita sama di Jelly, namun ada temen kelompok ospek juga yang akhirnya gw ceritain. Inilah yang menjadi awal mula segalanya. (Wait, awal dari mana, Git? Ini bahkan belum menyentuh akar permasalahan. *geleng-geleng*)

*barusan mendelete sekitar 25 lines karena melenceng dari tujuan awal*
Okeh. Pokonya kemudian ada permasalahan yang membuat gw akhirnya kapok cerita ke orang-orang tentang perasaan gw yang sebenarnya. Maka dari itu gw mulailah merahasiakan perasaan gw. (By the way rasa entah suka atau respectnya ke si M dengan seketika padam karena permasalahan itu). Gw ngga inget jelas apakah benar kronologinya, tapi kayanya setelah itu gw bertemu dengan si R. Naah, si R ini sebenernya gw udah kenal dari zaman pertama kali masuk kuliah, tapi ya baru sadarnya setelah dua bulan gw ketemu dia. Gw sebenernya ngga suka sama dia, tapi dia mencentrang banyak sekali box 'my type' sehingga kadang gw ngomong ke Jelly 'kenapa ya gw ngga suka aja sama dia?'. Ini bener-bener random karena deket sama diapun sebenernya engga, cuma karena sebatas wondering aja kenapa orang yang banyak mencentrang box 'my type' ngga ber appeal ke gw.

Anyway, di pertengahan gw berkata 'kenapa ya gw ngga suka aja sama dia?' ke si R, gw mulai mengenal seseorang lain. Dia adalah si q (akhirnya sampe juga ke topik utama kita: q *tepuk tangan*). Gw sebenernya udah dari ospek tau orangnya, tapi baru belakangan bener-bener tau 'oh, ini toh yang namanya q'.

*deleting 18 lines because it was too obvious siapa yang lagi gw omongin*
Intinya dia sebenernya mempunyai sesuatu hal yang gw —secara pribadi— asosiasiin dengan kenangan buruk, tapi entah kenapa itulah yang membuat gw tertarik sama dia. Bahkan pada endingnya gw berhenti mengasosiasikan hal itu dengan kenangan buruk dan malah jadi cuma inget dia saat ngomongin atau mengingat hal itu.

Hoh. Nah, balik lagi ke masalah trust issue. Karena sudah pernah trauma pernah cerita sesuatu ke seseorang dan berujung pada permasalahan yang tidak menyenangkan, gw memutuskan untuk ngga menceritakan hal ini ke siapa-siapa. Gw tetap merahasiakan tentang perasaan gw, karena first gw belom yakin bener apakah ini beneran suka atau cuma suka asal lewat kaya masalah gw ke H, sehingga akhirnya gw tetap berkutat dengan pertanyaan gw 'kenapa ya gw ngga suka aja sama R?'

Beberapa bulan berlalu (lebay ah, cuma dua bulan <tapi dua bulan di kampus berasa kaya dua tahun>) dan gw semakin banyak memberi tick entah di box 'my type' atau dari box 'deal breaker'. Ajaibnya, meski sudah menjebol tick di box 'deal breaker', gw tetep tertarik sama dia. Butterflies on my stomach triumph over all of his bad side lah. Yah, mungkin dari situ juga sih gw sadar kalo perasaan gw ke q itu udah masuk ke stage 2 alias lebih parah dari stage waktu sama si M.

Akhirnya, setelah dua setengah bulan merasakan gejolak aneh (najong banget bahasa lo <iye bawel>) gw akhirnya decided to talk to someone. Jelly. Sebenernya dia sangat dapat dipercaya, dari awalpun gw cerita sama dia sebenernya ngga akan menimbulkan masalah besar, namun ya karena trauma itu so I took precaution and wait a little while before I say anything.

Sudah menjadi common knowledge bahwa 'when you tell someone about your feelings, it'll magnify the effect.' dan maka dari itulah gw mulai menjadi sloppy dalam segala hal. Ngetweet sana sini (right, even though cuma di account fangirling, tapi ternyata ada salah satu temen irl karena tweet di account fangirl), mata berbinar saat ngeliat dia. Pokonya gw berasa anak SD lah.

Sekarang udah nyaris bulan keempat gw suka sama dia. Yang gw rasa bukannya makin menurun atau gimana, malah reaksi gw ke dia semakin menguat. Lololol. Gw sadar beberapa minggu lalu gw sudah masuk stage 4 karena gw mulai frontal (eg: nulis di twitter account biasa dan nulis disini). Untungnya gw punya pager yang keep me down. 'Am I really like him, or just like the idea of liking him?' Pertanyaan itulah yang berulang-ulang menyelamatkan gw dari badai jealousy yang ngga jelas. (*scoff* yeah jealous. It's unneasy how easy it was to make Gita jealous <I know, I feel it too *emot sedih*>.) Gw bahkan sempet pernah pissed off banget sama seseorang, tapi ya itu konyol sih ceritanya dan sangat-sangat irrasional sekali, andai kata gw kasih kata kuncinya, semua orang pasti bisa langsung mengidentifikasi kenapa itu konyol, tapi kalo gw kasih tau semua juga bakalan tau siapa q itu. (Sebenernya ngga mengejutkan juga kalo semua orang tau, lo juga sih keterlaluan obviousnya <yaudah sih maap, khilaf>)

Anyway, sekarang gw sudah ditahap menemukan inner peace. Gw telah tenang dan damai, bahkan sudah tidak pernah mengalami jealous lagi (padahal kalo mendadak ngeliat dia masih sering #nyek tuh *wiggling eyebrows*). Segala kegelisahan gw sudah terselesaikan, dan diapun entah kenapa semakin deket sama gw (well, lebih ke arah friendly sih, jangan suka bikin statement yang bikin sakit perut sakit diri sendiri dong ah, lemah lo). Sekarang gw ngga harus ngambil jalur memutar tiap kali gw ngeliat dia atau ngehubungin orang lain untuk menghindari ngehubungin dia supaya ngga dituduh nyari-nyari alesan aja (emang engga po? <t-_-t fak lah>). Gw sekarang sudah tenang, dan karena itulah gw memutuskan untuk menuliskannya disini.

Hmm.... sebenernya tulisan ini sangat tidak layak untuk dipublish, karena 50% mengandung kode yang menyebabkan ini lebih terkesan seperti kode nuklir yang harus dicermati lebih dalam bukan jenis postan blak-blakan yang ingin gw buat. (Ya kan tapi demi nama baik para tersangka, mereka di samarkan...kecuali Jelly, gapapa lah orang dia baik disini tulisannya ngga ada yang menjelek-jelekkan ini. Lagian harusnya lo ngerasa senang dengan dia) Yeah because of those things sehingga saya putuskan untuk tidak menyamarkan namanya.

Haaahh, itulah sedikit cerita dari Gita (dan Gia <yang super bawel>) mengenai si q. Marilah kita akhiri post kali ini dengan tarian kemenangan karena pada akhirnya gw bisa nulis ini sampe selesai dan berniat untuk benar-benar mempublishnya, bukan cuma ngesave di draft (hooh, malu-maluin banget sih punya blog post benerannya cuma segitu, sisanya di draft.... <baweeeeel>)

*nari kemenangan* (*ikutan nari*)


cheerio,
gita—